***** SELAMAT DATANG DI WEBBLOG HALILINTAR BUDAYA, DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA *****

Minggu, 17 Maret 2013

Wiendu: Indonesia, Negara Adidaya Kebudayaan

Wiendu: Indonesia, Negara Adidaya Kebudayaan

AGUS IBNUDIN/”PRLM”
AGUS IBNUDIN/”PRLM”
WAMENDIKBUD bidang kebudayaan Wiendu Nuryanti menyampaikan pidato ilmiah pada Ulang Tahun Ke-85 Sukamdani Sahid Gitosardjono (Chairman and President dari Sahid Group) di Jakarta, Kamis (14/3) malam.
JAKARTA, (PRLM).- Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang kebudayaan Wiendu Nuryanti menegaskan pentingnya memikirkan konsep pembangunan berkarakter berbasis jati diri dan budaya bangsa.
“Indonesia adalah negara adidaya bidang kebudayaan,” ujar Wiendu saat menyampaikan pidato ilmiah pada perayaan ulang tahun Ke-85 Sukamdani Sahid Gitosardjono (Chairman and President dari Sahid Group), berlangsung di Jakarta, Kamis (14/3/13) malam.
Turut hadir antara lain Ketua Wantimpres Emil Salim, Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Arie Budiman, dan Direktur Utama Pikiran Rakyat Joko Hendrarto.
Dikatakan Wiendu, ada kombinasi antara keunikan geografis Indonesia dengan karakteristik masyarakat.
Wamendikbud mengingatkan, para pendiri atau “founding fathers” negara ini secara cemerlang telah mewariskan jiwa dan roh yang sangat mulia sebagai dasar suatu kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fondasinya meliputi UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan RI. “Ini mengandung gagasan cemerlang jangkauan ke depan,” katanya. Dia menilai penting menjaga dan melestarikan fondasi-fondasi tersebut.
Wiendu menuturkan, terkait dengan pembangunan karakter ini Kemdikbud mencoba internalisasi dalam kurikulum dunia pendidikan.
Sementara itu, mengenali khusus sosok Sukamdani Sahid Gitosardjono, Wiendu menilai, tokoh wirausaha Indonesia ini telah konsisten menerapkan prinsip-prinsip pembangunan karakter dalam langkah-langkah suksesnya.
“Ini bagai ‘rumah budaya’. Tidak saja pilar-pilar yang kokoh,” katanya. Selain itu, langkah-langkah baru, inovasi dan inspirasi baru.
Dia menambahkan, membangun rumah budaya itu bukan suatu kebetulan. Pilar-pilar yang dibangunnya memperkokoh rumah budaya.
Perayaan HUT ke-85 Sukamdani Sahid Gitosardjono, Kamis (14/3/13) malam dirangkai dengan ulang tahun kelompok lembaga pendidikan dan usaha bisnisnya.
Pada acara itu juga dilakukan peluncuran (launching) enam program pengembangan baru (business development) dalam dunia pendidikan.
Keenam program itu meliputi Kick Off Campus Development Universitas Sahid Cimanggis Depok, program Double Degree Sekolah Pascasarjana Sahid, program vokasi berkelanjutan di 14 provinsi, launching Kampus 6 STP Sahid Great Western BSD Tangerang Selatan, Cairdiology Training Center, dan Sahid AMA International Insitute.
Pengembangan program dalam dunia pendidikan menjadi bagian dari visi dan misi Sahid Group untuk terus ambil bagian dalam membangun Indonesia yang lebih baik melalui dunia pendidikan. (A-94/A-108)***

Sabtu, 13 Oktober 2012

UPACARA ADAT SUNDA

UPACARA ADAT SUNDA ' MAPAG PANGANTEN '



“Aksi Lengser yang kerap mengundang tawa” Upacara adat “ mapag panganten ” (sambut pengantin). Kesenian semacam ini biasanya tak hanya ada dalam pesta pernikahan saja,namun kerap juga ditampilkan dalam menyambut kedatangan para pejabat atau tamu negara.

Upacara mapag panganten kaya dengan berbagai atraksi seni, dan melibatkan banyak seniman. Ada aneka tarian, seni karawitan, bodoran (komedi), pelajaran tentang kehidupan yang ditunjukkan simbol-simbol kesenian, dan lain-lain. Kesenian ini melibatkan sejumlah pemain gamelan, penari, pembawa umbul-umbul, dan Ki Lengser (sering disebut “lengser” saja).

Kehadiran Ki Lengser atau Mang lengser biasanya menjadi sosok yang menarik perhatian
penonton atau tamu undangan. Pasalnya dialah yang mengarahkan jalannya upacara tersebut. Begitu rombongan kedua mempelai datang ke gedung/ tempat resepsi, Lengser-lah yang akan menyambut dan mengarahkan mereka ke kursi pelaminan dengan diiringi para penari dan pembawa umbul-umbul.

Peran Lengser ini biasanya dilakoni oleh seorang pria. Kalau pun ada Lengser wanita hanyalah berperan sebagai pendamping Lengser pria (sering disebut "ambu" ). Karena peranannya sebagai sosok panutan masyarakat yang dituakan, dan juga sebagai simbol penasehat dalam pernikahan, maka sosok Lengser lebih sering diperankan sebagai seorang kakek.

Pakaian yang dikenakan Lengser biasanya terdiri dari: baju kampret,celana pangsi dilengkapi dengan sarung yang diselendangkan, dan totopong (ikat kepala).Dengan memperlihatkan giginya yang ompong dan gerakan tari yang lucu, kehadirannya tak pelak selalu mengundang tawa penonton/ tamu undangan.

Seperti sudah disebutkan di atas, Upacara mapag panganten juga menampilkan berbagai tarian.
Salah satu yang sering dipertunjukkan adalah tari merak. Tarian ini menggambarkan gerakan burung merak yang sedang memamerkan keindahan bulu sayapnya yang memiliki gradasi aneka warna.

“Penampilan para penari yang membawakan tari merak dalam sebuah acara resepsi pernikahan” Upacara mapag panganten biasanya tidak berlangsung lama, karena fungsinya hanya untuk menyambut kedatangan kedua mempelai dan mengantarkannya ke kursi pelaminan. Namun meski begitu,kehadirannya kerap ditunggu dan mengundang decak kagum banyak orang.

Semoga saja atraksi seni tradisional semacam ini tetap lestari hingga nanti, dan juga diminati oleh berbagai generasi.

UPACARA ADAT SUNDA

UPACARA ADAT SUNDA ' MAPAG PANGANTEN '



“Aksi Lengser yang kerap mengundang tawa” Upacara adat “ mapag panganten ” (sambut pengantin). Kesenian semacam ini biasanya tak hanya ada dalam pesta pernikahan saja,namun kerap juga ditampilkan dalam menyambut kedatangan para pejabat atau tamu negara.

Upacara mapag panganten kaya dengan berbagai atraksi seni, dan melibatkan banyak seniman. Ada aneka tarian, seni karawitan, bodoran (komedi), pelajaran tentang kehidupan yang ditunjukkan simbol-simbol kesenian, dan lain-lain. Kesenian ini melibatkan sejumlah pemain gamelan, penari, pembawa umbul-umbul, dan Ki Lengser (sering disebut “lengser” saja).

Kehadiran Ki Lengser atau Mang lengser biasanya menjadi sosok yang menarik perhatian
penonton atau tamu undangan. Pasalnya dialah yang mengarahkan jalannya upacara tersebut. Begitu rombongan kedua mempelai datang ke gedung/ tempat resepsi, Lengser-lah yang akan menyambut dan mengarahkan mereka ke kursi pelaminan dengan diiringi para penari dan pembawa umbul-umbul.

Peran Lengser ini biasanya dilakoni oleh seorang pria. Kalau pun ada Lengser wanita hanyalah berperan sebagai pendamping Lengser pria (sering disebut "ambu" ). Karena peranannya sebagai sosok panutan masyarakat yang dituakan, dan juga sebagai simbol penasehat dalam pernikahan, maka sosok Lengser lebih sering diperankan sebagai seorang kakek.

Pakaian yang dikenakan Lengser biasanya terdiri dari: baju kampret,celana pangsi dilengkapi dengan sarung yang diselendangkan, dan totopong (ikat kepala).Dengan memperlihatkan giginya yang ompong dan gerakan tari yang lucu, kehadirannya tak pelak selalu mengundang tawa penonton/ tamu undangan.

Seperti sudah disebutkan di atas, Upacara mapag panganten juga menampilkan berbagai tarian.
Salah satu yang sering dipertunjukkan adalah tari merak. Tarian ini menggambarkan gerakan burung merak yang sedang memamerkan keindahan bulu sayapnya yang memiliki gradasi aneka warna.

“Penampilan para penari yang membawakan tari merak dalam sebuah acara resepsi pernikahan” Upacara mapag panganten biasanya tidak berlangsung lama, karena fungsinya hanya untuk menyambut kedatangan kedua mempelai dan mengantarkannya ke kursi pelaminan. Namun meski begitu,kehadirannya kerap ditunggu dan mengundang decak kagum banyak orang.

Semoga saja atraksi seni tradisional semacam ini tetap lestari hingga nanti, dan juga diminati oleh berbagai generasi.

Jumat, 08 Juni 2012

CANDI BOROBUDUR

Borobudur adalah candi Budha terbesar di abad ke-9 yang berukuran 123 x 123 meter. Candi Borobudur selesai dibangun berabad-abad sebelum Angkor Wat di Kamboja.

Borobudur, Candi Budha Terbesar di Abad ke-9

Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. YogYES mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path to Enlightenment" atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.
Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas. Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak terkena dampaknya sama sekali.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Koordinat GPS: S7°36'28.3" E110°12'13.5" | S7.607861 E110.203750